Nama Pistol Lem Tembak
Terungkap, Ini Peran 4 Tersangka Kasus Pembunuhan Brigadir J
Namun demikian, ukuran dan bentuk pistol yang kecil dan ringan membuatnya mudah disimpan, cocok untuk pertempuran jarak dekat.
Berikut jenis-jenis pistol yang digunakan anggota Polri:
Revolver merupakan senjata api genggam yang mampu ditembakkan berturut-turut. Terdapat silinder yang dapat berputar untuk diisi peluru karena mekanisnya berhubungan dengan penarik (double action) atau picu (single action). Umumnya revolver yang digunakan polisi di Indonesia berisi 5-7 peluru.
Selain Revolver, polisi juga ada yang menggunakan senjata api jenis Browning Hi-Power. Senjata ini adalah pistol semi otomatis single action 9 mm yang dirancang John Browning asal Amerika Serikat dan kemudian disempurnakan Dieudonné Saive yang bekerja di FN Herstal.
Pistol jenis Colt M1911 merupakan senjata api yang cukup melegenda dan banyak digunakan kepolisian dan militer. Senjata api ini menggunakan standar peluru kaliber 45.
The Semi-Auto Pistol is a weapon in Mafia: Definitive Edition.
The weapon holds 7 rounds, and the player can carry an additional 21, for a total of 28 rounds. It occupies the one-handed weapons slot in the weapons wheel.
The weapon becomes available from Vincenzo's Armory in the beginning of "Better Get Used to It" onward. In Free Ride, it becomes available after completing "Ordinary Routine".
The Semi-Auto Pistol is based on the Colt M1911A1, which was among the most popular handguns of its time due to its excellent firing rate, accuracy, and reliability.
Tommy holding a Semi-Auto Pistol in prerelease screenshot
Pistol mitraliur (bahasa Inggris: submachine gun, biasa disingkat SMG) adalah sebuah senjata api yang menggabungkan kemampuan menembak otomatis senapan mesin dengan amunisi pistol. Konsep senjata api seperti ini pertama kali dicoba pada tahun 1900-an, yaitu pistol yang diberi popor dan menembak secara otomatis.
Rancangan yang sungguh-sungguh baru muncul pada akhir Perang Dunia I, sebagai pengembangan dari pistol berpopor sebelumnya, dan untuk digunakan pada perang parit. Pistol mitraliur mulai banyak digunakan pada Perang Dunia II, sebagai senjata untuk prajurit garis depan dan pasukan khusus. Saat, pistol mitraliur banyak digunakan oleh satuan polisi dan satuan paramiliter. Pistol mitraliur sangat cocok untuk digunakan pada pertempuran jarak dekat di perkotaan, di mana kemampuan menghujani peluru ke target lebih penting dari jarak jangkauan dan akurasi. Pistol mitraliur juga dibuat populer pada tahun 1920-an dan 30-an sebagai senjata mafia, khususnya pistol mitraliur Thompson, yang dikenal dengan julukan "Tommy Gun". Sejak saat itu, popularitas Tommy Gun sebagai senjata mafia mendorong maraknya penggunaan pistol mitraliur dalam tindakan kriminal seperti gangster, sindikat narkoba dan terorisme. Pistol mitraliur populer di kalangan kelompok kriminal dan gerilyawan di berbagai belahan dunia karena ukurannya yang relatif lebih kecil dibandingkan senapan serbu.
Pistol mitraliur muncul pada akhir Perang Dunia I. Dan pistol mitraliur ditempa oleh kerasnya pertempuran di peperangan parit, yang telah menjadi pertempuran yang konyol dan brutal, menggunakan pistol, granat, bayonet, sampai alat gali yang ditajamkan.
Italia adalah negara pertama yang mengembangkan senjata tipe pistol mitraliur, dengan julukan Villar Perosa. Diperkenalkan pada tahun 1915, senapan ini sering dianggap sebagai pistol mitraliur pertama karena menembakan peluru pistol 9 mm Glisenti. Senapan ini sebenarnya dikembangkan untuk dipakai senjata pesawat terbang, tetapi akhirnya sampai ke tangan infanteri, untuk digunakan sebagai senjata jarak dekat dan sebagai senapan mesin ringan. Desain unik ini akhirnya dikembangkan menjadi pistol mitraliur tradisional, Beretta M1918.
Tapi pistol mitraliur yang pertama adalah senapan buatan Jerman, Bergmann MP18, walaupun Beretta 1918 sudah dipakai duluan sebelum MP18, MP18 sudah menjalani tes prototip sejak tahun 1916. Desain Bergmann dibuat khusus sebagai pistol mitraliur, dengan popor khusus pistol otomatis, dan menggunakan peluru 9mm Parabellum dengan magazen keong.
Pistol mitraliur Thompson juga sedang dikembangkan pada waktu yang sama dengan desain Bergmann dan Beretta, tetapi pengembangan ditunda ketika Amerika Serikat dan si perancang senjata ikut memasuki perang. Desain Thompson baru diselesaikan setelahnya, dengan desain mekanisme yang berbeda dari Beretta 1918 dan MP18, tetapi terlambat menjadi pistol mitraliur desain khusus pertama yang dipakai di medan perang, karena Perang Dunia I sudah usai.
Pada masa di antara perang, pistol mitraliur terkenal menjadi senjata mafia, yaitu gambaran ikonik gangster dengan jas panjang menembakan pistol mitraliur Thompson dengan magazen drum. Ini sempat mengakibatkan beberapa perencana militer untuk menghindari dipakai pistol mitraliur. Tapi akhirnya pistol mitraliur secara bertahap diterima oleh militer, dengan sejumlah negara merancang desain masing-masing, mulai tahun 1930-an.
Uni Soviet mengembangkan PPD-34 dan PPD-38, Prancis mengembangkan MAS-35 menjadi MAS-38. Jerman memperbarui MP18 menjadi MP28/II dan MP34. Dan pada akhirnya Nazi Jerman mengadopsi MP38, yang uniknya, tidak memakai bagian-bagian dari kayu. Italia juga banyak memperbaiki desain mereka, dengan tujuan utama mengurangi biaya produksi, serta memperbaiki kualitas dan berat.
Pada awal Perang Dunia II, dalam invasi Nazi Jerman ke Polandia, produksi MP38 baru dimulai dan baru beberapa ribu yang dipakai, tetapi pistol mitraliur ini ternyata sangat digemari, khususnya dalam pemakaiannya di perkotaan. Dari desain MP38, dirancanglah pistol mitraliur serupa, yaitu MP40, yang lebih aman dan lebih murah untuk diproduksi. MP40 dirancang untuk menggunakan alumunium, dan berhasil dibuat lebih ringan dari MP38 karena memakai besi cetak yang lebih ringan dari besi machined.
Inggris pada awalnya mengadopsi pistol mitraliur Lanchester yang merupakan tiruan dari MP28/II Jerman. Tapi karena tingginya biaya yang dibutuhkan serta lamanya waktu produksi, Inggris merancang pistol mitraliur mereka sendiri, yaitu Sten. Saking murah dan mudah diproduksinya Sten, pada akhir Perang Dunia II Jerman juga meniru rancangan Sten dan membuat tiruannya, yang diberi nama MP 3008.
Amerika Serikat beserta sekutunya memakai pistol mitraliur Thompson, yaitu versi M1, yang sedikit lebih sederhana dari versi awal, dan menggunakan magazen box. Tapi pistol mitraliur Thompson masih termasuk mahal untuk diproduksi, dan pada tahun 1942 Amerika mengadopsi pistol mitraliur M3 "Grease gun", diikuti versi M3A1 pada tahun 1944. Pistol mitraliur M3 tidak lebih efektif, tetapi lebih murah karena terbuat dari besi cetak.
Pada akhir Perang Dunia II, pihak yang paling banyak memakai pistol mitraliur adalah Uni Soviet, bahkan ada batalyon dan divisi yang hanya dipersenjatai pistol mitraliur saja. PPSh-41 buatan Uni Soviet terkenal karena rata-rata tembakannya yang sangat tinggi dibanding pistol mitraliur lain pada era Perang Dunia II (900 peluru/menit). Karena ditangan seorang prajurit tak berpengalaman sekalipun, seperti prajurit wamil dan partisan di daerah pendudukan Nazi di Eropa Timur dan Balkan, banyaknya jumlah peluru yang ditembakan bisa membuatnya sangat mematikan. Ini salah satu faktor yang nanti akan mengakibatkan dikembangkannya senapan serbu.
Setelah Perang Dunia II, pemakaian pistol mitraliur di satuan militer mulai berkurang. Pistol mitraliur mulai digantikan oleh senapan serbu, yang merupakan penengah antara pistol mitraliur dengan senapan tempur. Dan pistol mitraliur hanya secara terbatas dipakai oleh pasukan khusus, kru tank dan pesawat, dan satuan anti-teroris.
Pistol mitraliur juga masih banyak dipakai pada konflik-konflik bersenjata pada masa Perang Dingin oleh para gerilyawan dan partisan seperti Vietcong pada masa Perang Vietnam.
Pistol mitraliur masih banyak dipakai oleh satuan kepolisian dan anti-teroris, tetapi dengan dikembangkannya rompi anti-peluru yang semakin kuat dan canggih, mereka pun mulai banyak beralih memakai senapan serbu dan karabin yang lebih pendek. Tetapi pistol mitraliur juga sudah mulai berkembang, pistol mitraliur modern seperti FN P90 dan HK MP7 dibuat untuk menggunakan peluru yang merupakan campuran antara peluru pistol dengan peluru senapan laras panjang, yang diharapkan bisa memiliki daya tembus dan jangkauan yang lebih baik. Jenis senjata seperti ini juga kerap disebut Personal Defence Weapon (PDW).
Di Indonesia, pistol mitraliur mulai dipakai pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia. Umumnya senjata ini diperoleh setelah terjadi pertempuran, di mana pistol mitraliur yang tertinggal diambil untuk tambahan senjata. Pistol mitraliur yang banyak dipakai adalah Sten (khusus buatan ke-2 dan ke-3), Carl Gustav M/45 buatan Swedia, pistol mitraliur Owen buatan Australia, Thompson, dan Bergmann MP18. Pistol mitraliur tersebut terbukti ampuh dalam setiap pertempuran melawan tentara Belanda sampai masa penyerahan kedaulatan RI tahun 1949. Kini pemakaian pistol mitraliur hanya dibatasi untuk pasukan khusus saja.
JAKARTA, iNews.id - Sebagai institusi yang berperan menjaga keamanan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat, Polri diizinkan menggunakan senjata api. Karena lebih banyak bersinggungan dengan masyarakat sipil, maka penggunaan senjata api anggota kepolisian sifatnya hanya untuk melumpuhkan.
Dalam Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 1 Tahun 2022 dijelaskan yang disebut senjata api organik standar Polri adalah senjata api kaliber 5,5 milimeter ke atas dengan sistem kerja manual, semi otomatis dan/atau otomatis, serta telah dimodifikasi, termasuk amunisi, granat dan bahan peledak.
Dalam Perkap disebutkan senjata api organik Polri meliputi, senjata api genggam; senjata api pistol mitraliur; senjata api serbu, senjata api mesin ringan, sedang dan berat, senjata api tembak jitu, senjata api tembak runduk senjata api pelontar dan senjata api laras licin.
Senjata api yang banyak digunakan polisi yaitu berjenis pistol. Pistol memiliki kelebihan dan kekurangan. Larasnya yang pendek dan peluru yang kecil membuat penggunaan pistol memiliki keterbatasan karena jarak tembaknya sangat terbatas.
Namun demikian, ukuran dan bentuk pistol yang kecil dan ringan membuatnya mudah disimpan, cocok untuk pertempuran jarak dekat.
Berikut jenis-jenis pistol yang digunakan anggota Polri:
Revolver merupakan senjata api genggam yang mampu ditembakkan berturut-turut. Terdapat silinder yang dapat berputar untuk diisi peluru karena mekanisnya berhubungan dengan penarik (double action) atau picu (single action). Umumnya revolver yang digunakan polisi di Indonesia berisi 5-7 peluru.
Selain Revolver, polisi juga ada yang menggunakan senjata api jenis Browning Hi-Power. Senjata ini adalah pistol semi otomatis single action 9 mm yang dirancang John Browning asal Amerika Serikat dan kemudian disempurnakan Dieudonn Saive yang bekerja di FN Herstal.
Pistol jenis Colt M1911 merupakan senjata api yang cukup melegenda dan banyak digunakan kepolisian dan militer. Senjata api ini menggunakan standar peluru kaliber 45.
Senjata api jenis ini banyak digunakan aparat keamanan baik militer maupun kepolisian. Glock merupakan senjata api semi otomatis buatan Austria. Dibuat dari bahan polimer yang membuat bobot senjata yang memiliki kapasitas magasin 17 butir peluru ini sangat ringan. Bobot tanpa magasin 625 gram/22,05 ons, sedangkan dengan magasin berisi yakni 915 gram/32,28 ons, dan jika dengan magasin kosong yakni 705 gram/24,87 ons.
Kemudian, senjata berkaliber 9x19mm ini memiliki panjang barel 114 mm/4,49 inci. Sedangkan panjang keseluruhan pistol ini 204 mm/8,03 inci dengan lebar keseluruhannya 32 mm/1,26 inci.
Nama pistol Glock 17 semakin dikenal pascaperistiwa penembakan di rumah Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir J. Pistol Glock 17 digunakan Bharada E untuk menembak Brigadir J atas perintah Ferdy Sambo.
Pistol ini dibuat perusahaan Kroasia, HS Produkt. Memiliki kaliber yang sama dengan Glock 17, pistol HS-9 juga termasuk senjata api laras pendek semi otomatis dengan kapasitas magasin 16 peluru.
Senjata ini biasa digunakan Korps Brimob Polri untuk memperkuat unit khusus seperti tim anti teror CRT (Crisis Response Team), unit GAG (Gerilya anti-Gerilya).
Irjen Ferdy Sambo Resmi Ditahan di Mako Brimob sebagai Tersangka Kasus Brigadir J
Dalam Perkap disebutkan senjata api organik Polri meliputi, senjata api genggam; senjata api pistol mitraliur; senjata api serbu, senjata api mesin ringan, sedang dan berat, senjata api tembak jitu, senjata api tembak runduk senjata api pelontar dan senjata api laras licin.
Senjata api yang banyak digunakan polisi yaitu berjenis pistol. Pistol memiliki kelebihan dan kekurangan. Larasnya yang pendek dan peluru yang kecil membuat penggunaan pistol memiliki keterbatasan karena jarak tembaknya sangat terbatas.
Senjata api jenis ini banyak digunakan aparat keamanan baik militer maupun kepolisian. Glock merupakan senjata api semi otomatis buatan Austria. Dibuat dari bahan polimer yang membuat bobot senjata yang memiliki kapasitas magasin 17 butir peluru ini sangat ringan. Bobot tanpa magasin 625 gram/22,05 ons, sedangkan dengan magasin berisi yakni 915 gram/32,28 ons, dan jika dengan magasin kosong yakni 705 gram/24,87 ons.
Kemudian, senjata berkaliber 9x19mm ini memiliki panjang barel 114 mm/4,49 inci. Sedangkan panjang keseluruhan pistol ini 204 mm/8,03 inci dengan lebar keseluruhannya 32 mm/1,26 inci.
Nama pistol Glock 17 semakin dikenal pascaperistiwa penembakan di rumah Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir J. Pistol Glock 17 digunakan Bharada E untuk menembak Brigadir J atas perintah Ferdy Sambo.
Pistol ini dibuat perusahaan Kroasia, HS Produkt. Memiliki kaliber yang sama dengan Glock 17, pistol HS-9 juga termasuk senjata api laras pendek semi otomatis dengan kapasitas magasin 16 peluru.
Senjata ini biasa digunakan Korps Brimob Polri untuk memperkuat unit khusus seperti tim anti teror CRT (Crisis Response Team), unit GAG (Gerilya anti-Gerilya).
Thêm bài hát vào playlist thành công
JAKARTA, iNews.id - Sebagai institusi yang berperan menjaga keamanan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat, Polri diizinkan menggunakan senjata api. Karena lebih banyak bersinggungan dengan masyarakat sipil, maka penggunaan senjata api anggota kepolisian sifatnya hanya untuk melumpuhkan.
Dalam Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 1 Tahun 2022 dijelaskan yang disebut senjata api organik standar Polri adalah senjata api kaliber 5,5 milimeter ke atas dengan sistem kerja manual, semi otomatis dan/atau otomatis, serta telah dimodifikasi, termasuk amunisi, granat dan bahan peledak.