Rumus Menghitung Turnover
Contoh Cara Menghitung Inventory Turnover
Karena kita sudah mengetahui rumus yang digunakan dalam cara menghitung inventory turnover, tentu mudah sekali untuk mencoba menghitung rasio perputaran persediaan. Namun, jika masih merasa bingung, tak perlu cemas, langsung saja perhatikan contoh berikut sebagai ilustrasi.
Diketahui pada tahun 2020, PT Maju Bersama mencatatkan 100.000 persediaan barang di awal periode. Di akhir periode, jumlah persediaan barang ini berkurang setengahnya menjadi 50.000 dengan Harga Pokok Penjualan sebesar Rp1.000.000.
Sementara itu, di tahun 2021, PT Maju Bersama mencatatkan jumlah persediaan hingga 300.000 di awal periode, dan jumlah tersebut berubah menjadi 100.000 di akhir periode dengan Harga Pokok Penjualan sebesar Rp1.200.000.
Dari ilustrasi tersebut, kita bisa mencoba menghitung tingkat perputaran persediaannya sesuai dengan rumus yang tepat sebagai berikut:
Persediaan Awal Periode 100.000
Persediaan Akhir Periode 50.000
Harga Pokok Penjualan Rp1.000.000
Rasio Perputaran Persediaan 2020 = Harga Pokok Penjualan 2020 / ((Persediaan Awal Periode 2020 - Persediaan Akhir Periode 2020) / 2)
Rasio Perputaran Persediaan 2020 = Rp1.000.000 / ((100.000 - 50.000) / 2)
Rasio Perputaran Persediaan 2020 = 1.000.000 / 25.000
Rasio Perputaran Persediaan 2020 = 40
Rata-Rata Hari Penjualan Persediaan 2020 = Jumlah Hari di tahun 2020 / Rasio Perputaran Persediaan 2020
Rata-Rata Hari Penjualan Persediaan 2020 = 366 / 40
Rata-Rata Hari Penjualan Persediaan 2020 = 9,15
Persediaan Awal Periode 300.000
Persediaan Akhir Periode 100.000
Harga Pokok Penjualan Rp1.200.000
Rasio Perputaran Persediaan 2021 = Harga Pokok Penjualan 2021 / ((Persediaan Awal Periode 2021 - Persediaan Akhir Periode 2021) / 2)
Rasio Perputaran Persediaan 2020 = Rp1.200.000 / ((300.000 - 100.000) / 2)
Rasio Perputaran Persediaan 2020 = 1.200.000 / 75.000
Rasio Perputaran Persediaan 2020 = 16 hari
Rata-Rata Hari Penjualan Persediaan 2021 = Jumlah Hari di tahun 2021 / Rasio Perputaran Persediaan 2021
Rata-Rata Hari Penjualan Persediaan 2021 = 365 / 16
Rata-Rata Hari Penjualan Persediaan 2020 = 22,81 hari
Dari contoh cara menghitung inventory turnover di atas, kita dapat mengetahui bahwa PT Maju Bersama mengalami penurunan perputaran persediaan di tahun 2021 karena di tahun tersebut hanya terjadi 16 kali perputaran persediaan saja yang membutuhkan waktu sekitar 23 hari. Padahal, di tahun 2020 PT Maju Bersama berhasil melakukan perputaran persediaan hingga 40 kali dalam setahun, dan setiap perputaran hanya membutuhkan sekitar 9 hari saja.
Tentu dari hasil penghitungan tersebut PT Maju Bersama perlu menyusun strategi baru agar performa bisnisnya semakin baik, kan? Salah satunya bisa dengan memanfaatkan aplikasi majoo yang sudah dilengkapi dengan berbagai fitur sehingga pengelolaan bisnis pun lebih mudah dilakukan secara efektif dan efisien!
Yuk, segera berlangganan aplikasi majoo, yuk!
Baca juga: Aplikasi Stok Barang: Solusi Manis untuk Masalah Bisnis
Rangkuman cara menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) bangunan dalam 3 kalimat: Rumus dasar perhitungan RAB adalah luas bangunan dikalikan harga satuan per meter persegi, contohnya untuk kamar berukuran 6x6 meter dengan harga Rp2,5 juta per meter persegi akan menghasilkan RAB Rp90 juta. Langkah-langkah lainnya meliputi menghitung volume pekerjaan, menentukan harga satuan
Rumus Receivable Turnover Ratio
! Anda Telah Dismiss thread ini, jika ingin melihat thread ini harap menekan tombol undo Undo
Fungsi inventory turnover dalam bisnis
Meningkatkan Profitabilitas
Dengan meminimalkan biaya penyimpanan dan meningkatkan penjualan, Inventory Turnover yang tinggi dapat meningkatkan profitabilitas bisnis Anda secara keseluruhan.
Rumus Inventory Turnover Ratio
Rumus inventory turnover yang pertama digunakan untuk menghitung rasio:
Rasio Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan / Rata-Rata Persediaan
Seperti yang bisa dilihat, untuk rumus penghitungan rasio ini, pemilik usaha hanya perlu mengetahui harga pokok penjualan dari barang yang akan dihitung perputaran persediaannya, dan juga rata-rata dari persediaan barang itu sendiri. Namun, jangan sampai salah, untuk mengetahui rata-rata persediaan, pemilik usaha harus melakukan perhitungan tambahan menggunakan rumus berikut:
Rata-Rata Persediaan = (Jumlah Persediaan di Awal Periode - Jumlah Persediaan di Akhir Periode) / 2
Tanpa menghitung terlebih dahulu rata-rata persediaan barang yang dimiliki, nilai dari rasio perputaran persediaannya akan sulit untuk diketahui karena tidak ada yang bisa dijadikan pembanding.
Mendapatkan harga pokok penjualan
Harga Pokok Penjualan (HPP) atau cost of goods sold (COGS) muncul dalam laporan laba rugi dan mencakup biaya langsung pembuatan atau pembelian produk yang dijual kembali. Biaya ini tidak termasuk biaya tidak langsung seperti biaya distribusi dan tenaga penjualan.
Dengan kata lain, HPP merupakan pengeluaran langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi produk. Dalam konteks bisnis ritel, HPP biasanya mencakup biaya produk jadi, termasuk ongkos kirim jika berlaku, yang diperoleh dari produsen atau pemasok.
Perbaiki Strategi Harga
Kemudian lakukan perbaikan dalam strategi penetapan harga yang Anda gunakan agar harga yang ditetapkan lebih kompetitif dan lebih mudah terjual.
Cara menerapkan harga ini bisa Anda lakukan dengan mempertimbangkan penetapan harga berdasarkan biaya, penetapan harga berdasarkan nilai, atau penetapan harga berdasarkan persaingan.
Rumus dan cara menghitung inventory turnover
Menghitung inventory turnover ratio
Dengan memiliki Harga Pokok Penjualan (HPP) dan Persediaan Rata-rata, Anda dapat dengan mudah mencari Rasio Perputaran Persediaan menggunakan rumus berikut:
Inventory turnover ratio yang optimal bervariasi menurut industri, dengan penilaian “baik” tergantung pada jenis bisnis dan produknya. Secara umum, rasio yang lebih tinggi dianggap lebih menguntungkan karena mencerminkan kinerja efisien dalam manajemen persediaan, yang dapat dengan cepat diubah menjadi penjualan.
Rasio tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan menjual dan mengelola stok dengan efisien, mengurangi risiko persediaan tidak terjual. Namun, rasio yang sangat tinggi bisa menandakan kekurangan stok, berpotensi merugikan penjualan. Sebaliknya, rasio rendah dapat mengindikasikan kelebihan stok atau pergerakan barang yang lambat, berdampak pada pembatasan kas dan biaya penyimpanan yang lebih tinggi.
Read more: 10 Tantangan Manajemen Pergudangan & Tips Sukses Mengatasinya
Peningkatan kepuasan pelanggan
Mempertahankan inventory turnover rate yang tinggi menjadi kunci dalam menjamin ketersediaan produk bagi pelanggan. Dengan memantau perputaran barang, Anda dapat memastikan ketersediaan yang berkelanjutan dari barang-barang populer, mengurangi risiko kehabisan stok, dan meningkatkan kemampuan Anda untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan responsif.
Meningkatkan Arus Kas
Perputaran persediaan yang tinggi berarti uang Anda tidak terikat dalam persediaan yang tidak terjual. Hal ini memungkinkan Anda untuk membebaskan modal kerja, yang dapat digunakan untuk investasi lain seperti memperluas bisnis, meningkatkan pemasaran, atau membayar hutang.